Dea Ananda: Nostalgia Masa Kecil dan Sisi Lain Kehidupan Artis Cilik

source: facebook


Siapa yang tak kenal Trio Kwek Kwek? Tiga anak berbakat yang selalu menghiasi layar kaca kita di era 90-an. Suara ceria dan lagu-lagu hits seperti "Tanteku," "Katanya," dan "Jangan Malu-malu" seolah menjadi soundtrack wajib bagi anak-anak generasi itu. Salah satu bintangnya, Dea Ananda, kini kembali hadir, bukan dengan kaset baru, melainkan dengan kisah-kisah yang menghangatkan hati dan membuat kita bernostalgia.

Rambut Ikonik dan Sinetron Tak Terduga

Dalam sebuah wawancara ringan, Dea membuka lembaran-lembaran kenangan manis sekaligus getir. Siapa sangka, rambut super pendek yang menjadi ciri khasnya di era Trio Kwek Kwek ternyata sebuah "kecelakaan"? 😅 Ya, betul! Dea bercerita, saat itu penata rambut memotong rambutnya sangat pendek tanpa sepengetahuan dirinya. Kejadian itu membuatnya menangis. Namun, takdir berkata lain. Gaya rambut itu justru membawa keberuntungan.

Gara-gara penampilan tomboy itu, Dea mendapat tawaran untuk bermain di sinetron populer, "Cerita Cinta." Peran sebagai gadis tomboy yang ceria itu melekat pada dirinya, membuka jalan karier akting yang sukses setelah era Trio Kwek Kwek. Jadi, siapa sangka, sebuah insiden potong rambut yang bikin sedih malah menjadi awal dari sebuah perjalanan karier yang cemerlang?

Sisi Lain Kehidupan "Robot"

Meskipun terlihat sangat bahagia di televisi, kehidupan seorang artis cilik tidaklah semudah yang dibayangkan. Dea jujur mengakui bahwa di balik gemerlap panggung, ia merasa kehilangan masa kecil yang normal. Bayangkan saja, sepulang sekolah, alih-alih bermain dengan teman-teman, ia harus langsung menuju lokasi syuting, latihan vokal, atau les. Rutinitas padat ini membuatnya merasa seperti "robot."

"Aku tidak bisa merasakan emosi secara penuh," kenangnya. Perasaan itu ia pendam sendiri, karena orang tua selalu mengingatkannya untuk bersyukur atas rezeki yang didapat. Tekanan itu baru terasa saat ia beranjak remaja. Butuh waktu bertahun-tahun untuk ia bisa "menyembuhkan" diri dan berdamai dengan masa lalu. Ini adalah sisi yang jarang kita lihat, sisi yang menunjukkan bahwa di balik kesuksesan, ada pengorbanan yang tak ternilai.

Tetap Ada Waktu untuk Bermain!

Namun, bukan berarti masa kecil Dea tanpa keceriaan. Dea mengenang masa-masa ia masih sempat bermain dengan teman-teman tetangga hingga kelas 4 SD. Ia bisa bermain bekel dan congklak, meski ia akui tidak mahir bermain lompat tali karet. 😁

Karena kesibukannya, ia dan Leony, teman se-trio, lebih sering bermain di dalam ruangan, seperti mengisi buku teka-teki silang bahasa Inggris. Momen-momen sederhana ini menunjukkan bahwa meskipun hidupnya berbeda dari anak lain, ia tetap memiliki kenangan manis dari masa kecilnya. Ini adalah bukti bahwa anak-anak akan selalu menemukan cara untuk bermain, bagaimanapun kondisinya.

Dea Hari Ini dan Harapan untuk Sanne

Waktu terus berjalan. Dea Ananda yang dulu lincah, kini telah menjadi seorang ibu. Putri cantiknya, Sanne El Azhar, kini tumbuh menjadi anak yang ceria dan penuh bakat. Dea menceritakan, Sanne sudah menunjukkan bakat menyanyi dan menari, mengingatkan kita pada sosok Dea kecil.

Sebagai seorang ibu yang pernah merasakan pahit manisnya dunia hiburan, Dea memiliki harapan besar untuk Sanne. Ia akan mendukung penuh jika putrinya ingin terjun ke dunia seni. Namun, ia juga berharap Sanne bisa memprioritaskan pendidikan terlebih dahulu, sebuah pelajaran berharga dari pengalaman pribadinya.

Kisah Dea Ananda adalah cerminan yang menarik. Ia membuktikan bahwa di balik sorotan lampu panggung, ada cerita manusiawi yang relatable. Kisahnya mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam menjaga keseimbangan hidup, dan bahwa terkadang, hal-hal tak terduga dalam hidup bisa menjadi anugerah yang membawa kita ke jalan yang lebih baik.




Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak