![]() |
| source: WRP |
Di balik sorot lampu panggung dan senyum yang selalu menghiasi layar kaca, ada sebuah kisah yang tak banyak orang tahu. Kisah tentang jatuh yang begitu dalam, tentang pengkhianatan yang menyakitkan, dan tentang perjuangan untuk bangkit kembali. Marshanda, nama yang lekat dengan dunia hiburan dan isu kesehatan mental, kini membuka lembaran baru yang jauh lebih personal. Dalam sebuah perbincangan mendalam dengan Helmy Yahya, ia tak hanya berbagi cerita, melainkan juga sebuah pelajaran berharga tentang resiliensi dan menemukan tujuan hidup di tengah badai.
Ketika Dunia Runtuh: Kisah Tiga Bulan Tanpa Rumah
Publik mungkin hanya melihat kontroversi saat Marshanda memutuskan untuk melepaskan hijab. Namun, di balik keputusan besar itu, ada sebuah 'badai' pribadi yang jauh lebih besar. Dengan suara yang tenang, Marshanda menceritakan titik terendah dalam hidupnya, sebuah periode yang ia sebut sebagai masa-masa paling hancur.
"Aku merasa seperti semua yang aku miliki diambil," kenangnya.
Ia mengalami pengkhianatan dari seorang teman dekat yang juga merupakan manajernya. Seluruh hasil kerja kerasnya, seluruh uang yang ia kumpulkan, raib begitu saja. Di saat yang sama, ia kehilangan banyak pekerjaan karena hujatan publik. Kondisi ini membawanya ke sebuah situasi yang tak pernah ia bayangkan: menjadi tunawisma selama tiga bulan. Tanpa uang, tanpa pekerjaan, dan tanpa tempat tinggal, Marshanda harus merasakan apa itu arti kehilangan segalanya.
Namun, di tengah kehancuran itu, ia menemukan sebuah pelajaran. Ia menyadari bahwa di balik semua ketidaksempurnaan dan penderitaan, ada sebuah tujuan. Baginya, karier yang ia jalani bukanlah untuk ketenaran semata, melainkan "jembatan" yang diciptakan Tuhan agar ia bisa berbagi kisahnya. Ia merasa dibentuk untuk berempati dan menginspirasi orang lain yang juga merasa sendirian dalam perjuangan mereka.
Indahnya Co-Parenting dan Bahagia Menjadi Ibu Penuh Waktu
Di balik badai, ada sebuah pelangi yang sangat indah: hubungan yang harmonis dengan keluarga. Marshanda berbagi kabar yang menghangatkan hati: putrinya, Sienna, kini telah pindah dan tinggal bersamanya. Ini adalah keputusan yang dibuat Siena dua tahun lalu, dan didukung penuh oleh mantan suaminya, Ben Kasyafani.
Hubungan Marshanda dan Ben Kasyafani adalah contoh sempurna dari co-parenting yang dewasa dan matang. Marshanda menyebut Ben sebagai sosok yang bijaksana dan baik. Mereka berhasil menepis anggapan publik tentang mantan pasangan yang selalu berseteru, dan justru menciptakan lingkungan yang penuh cinta dan dukungan untuk anak mereka. Marshanda tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat menceritakan peran-peran sederhana yang kini ia jalani setiap hari: menyiapkan sarapan, mengantar Siena ke sekolah, dan menikmati setiap momen kecil bersama putrinya.
Tak hanya itu, hubungan Marshanda dengan orang tuanya juga telah pulih. Ia menyebut hubungannya dengan sang ibunda sangat baik, dan ia rutin mengunjungi ayahnya yang kini tinggal di panti jompo. Marshanda membuktikan bahwa sebuah keluarga bisa menemukan kedamaian, bahkan setelah melewati masa-masa yang paling sulit.
Healing dan Membantu Sesama
Perjalanan Marshanda bukan hanya tentang bangkit dari keterpurukan, melainkan juga tentang bagaimana ia menggunakan pengalamannya untuk membantu orang lain. Ia secara terbuka berbicara tentang diagnosis bipolar yang ia idap. Ia menjelaskan bahwa kondisi ini tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikelola.
Kini, Marshanda mengambil langkah lebih jauh. Ia telah mengambil kursus dan menjadi terapis bersertifikat, termasuk hipnoterapis dan sound healer. Ia juga aktif mengadakan grup dukungan untuk orang-orang dengan masalah kesehatan mental, di mana mereka bisa berbagi cerita dan merasa tidak sendirian. Baginya, terapi terbaik adalah ketika seseorang merasa didengar dan diterima apa adanya.
Marshanda menemukan panggilannya: menjadi suara bagi mereka yang tidak berani bersuara. Ia mengubah luka menjadi kekuatan, dan trauma menjadi inspirasi. Ia menunjukkan bahwa seseorang tidak harus sempurna untuk bisa memberikan dampak positif.
Babak Baru Kehidupan
Di akhir perbincangan, Marshanda terlihat sangat damai dan penuh semangat. Ia merasa berada di posisi terbaik dalam hidupnya dan siap untuk "terbang" lebih tinggi. Ia tidak lagi takut akan stigma. Ia percaya bahwa semua yang ia alami, termasuk pengkhianatan dan kehancuran, adalah bagian dari takdir yang membawanya ke tempat ia sekarang berada.
Kisah Marshanda adalah pengingat bagi kita semua. Bahwa di balik setiap penderitaan, ada sebuah makna yang menanti untuk ditemukan. Bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan sebuah babak baru. Dan bahwa, kadang kala, titik terendah adalah tempat terbaik untuk menemukan kembali diri kita yang sesungguhnya.
